aku rindu mencium hurufmu, kekasih!
seluruh gerakku hanya bertumpu pada ingatan tentangmu
suaramu kurekam dalam ingatan tentang rumah dan anakanak.
aku mencintaimu, meski kau tak pernah lagi membaca seluruh
rangkain hurufku. namun aku tetap mencintaimu.
sebab aku mencintaimu dengan seluruh raga, bukan
dengan huruf belaka.

aku rindu kamu, sayang!

kekasih, jalan telah kita tapaki
dan ribuan sembilu selalu membuatku terluka. begitupun dengan detikdetik yang semakin hari semakin terasa melelahkan. aku, tanpamu adalah kebimbangan yang abadi. sebab engkau telah menjadi biduk serta arah dari seluruh mata anginku. tak ada yang kunanti, kecuali kecup lembut hurufhurufmu di kening sepiku. sebab dukaku akan terasa ringan dalam kecupmu.

kekasih, jalan cinta telah kita pilih
maka lukislah untukku sebuah perahu yang takkan pernah karam, meski ribuan ombak menghempas. lukis untukku sebuah pohon yang daunnya rimbun dengan buahnya yang ranum. lukis untukku pegunungan dengan hijau hutannya yang menyentuh.

aku ingin kebahagiaan diantara garis rindu yang kita bangun,
bukan rasa sepi atau pun rasa rindu yang berlebihan.

terkadang sepi ini, kekasih. mengatakan seluruhnya tentang semua yang terasa. baik kau atau pun aku, tak mampu menebak arah angin, kemana nasib akan menggusur kita. namun cinta yang kita miliki adalah pelita, dia akan menuntun kita menuju cahaya yang sebenarnya. aku mencintaimu.

aku mencintaimu, melebihi rasa cintaku pada puisi.

telah kulahirkan anakmu satusatu
ke atas muka bumi ini dengan cinta yang terlahir dari sepi
maka lihat olehmu senyumnya yang mengalahkan matahari
menandingi seribu bidadari.

kita telah membuat rumah sendiri meski hanya dalam monitor,
dalam angan. tapi betapa aku merindukan rumah
yang sesungguhnya di hatimu.

telah kupancangkan cinta hanya untukmu, kekasihku!
sebab, aku mencintaimu